Apa jadinya jika novel Albert Camus “l’étranger” (orang asing) di adaptasi menjadi sebuah lagu? Itu terjadi pada tahun 1978 ketika band The Cure merilis single pertama “killing an arab”. lagu itu langsung melejit dan menuai protes. The Cure dituding ‘rasis’. “l’étranger” terbit pada tahun 1942, novel pendek ini bercerita tentang Meursault. Anak muda Aljazair ini linglung dalam menunggu hari-hari eksekusi. Ia beranggapan segala hal di luar dirinya adalah absurd, sementara orang lain menganggap Meursault gila. Ia, misalnya, malah minum kopi ketika ibunya meninggal, malah bercinta dengan pacarnya saat mendapat kabar duka. Meursault menolak menjenguk ibunya. Ia datang ke pemakaman tanpa raut sedih. Yang membuatnya masuk penjara adalah perbuatan sadisnya. Ketika bermain ke pantai dengan pacar dan temannya, ia lihat teman kawannya bertengkar dengan dua orang Arab. Meursault mendatangi mereka lalu menembak salah satu Arab. Tubuh yang tergeletak itu ditembak lagi empat kali. Albert Camus menceritakan pembunuhan itu dengan mencekam. Robert Smith sang vokalis the Cure membacanya. Smith kemudian menulis lirik seputar pembunuhan itu dan hasilnya sebuah lagu berjudul “killing an arab”. Dalam reffrain, Smith menulis: “absolutely nothing, i’m alive, i’m dead, i’m the stranger, killing an arab”. The cure terbentuk pada tahun 1976, tapi ketika itu masih bernama Malice. Bersama dua teman sekolahnya Michael Dempsey dan Laurence “Lol” Tolhurst. Malice sempet tampil unplugged di club Worth Abbey, di Sussex. Pada tahun 1977 Malice ganti nama jadi Easy Cure. Pada waktu itu Smith sering nonton konsernya the Clash dan Sex Pistols bareng temannya SimonGallup yang juga personel band Lockjaw. Pada tahun 1978 nama Easy Cure disingkat jadi The Cure biar terdengar tidak terlalu hippie.s
Bulan juli 1978, Chris Parry dari Polydor Records mengajak The Cure rekaman di Fiction Records dan akhirnya Chris Parry menjadi manajer The Cure. Chris Parry tertarik dengan The Cure karena band ini orang-orangnya unik, aneh dan kurus-kurus pula, kayak nggak nyaman dengan badan mereka sendiri. Tahun 1979 lagu “killing an arab”dinobatkan menjadi single of the week oleh media musik new musical express dengan komentar permainan gitar Robert Smith cukup menjanjikan walaupun penampilan mereka aneh dan serem. The Cure manggung di club underground legendaris Marquee di London. Waktu itu The Cure mendapat tekanan dari grup-grup band hardcore punk karena The Cure aneh dan lain sendiri penampilannya, celana baggy, rambut di hairspray, dan makeup. Tahun 1979-1980 Margaret Thatcher mulai berkuasa sebagai perdana menteri Inggris. Band-band punk jadi pecah dan banyak yang bubar, karena Thatcher mulai represif terhadap band punk. Band seperti Joy Division dan Siouxsie &The Banshees yang lagunya sedih, hopeless dan nggak brutal kayak punk lebih banyak disukai.
Pada tahun 79 The Cure merilis album debut “Three Imaginary Boys”. Smith kurang puas di album pertama ini karena lebih ke arah new wave. The Cure juga menambah personil Matthieu Hartley pada keyboards. Hasilnya adalah album #2 berjudul “Seventeen Seconds.” Tahun 1981 Ian Curtis vokalis dari Joy Division bunuh diri, band dark-wave seperti Bauhaus bubar. Robert Smith menuangkan kesedihan dan stressnya dalam lagu. album #3 “Faith” yang dingin dan depressing akhirnya dirilis. Bunyi aneh seperti suara hantu dari keyboard dan gitar banyak terdengar di album ini. Lirik yg ditulis Robert juga berkisar sekitar tentang kehidupannya yg menyedihkan melalui chord2 gitar yg berkunci minor. Robert mulai menggunakan make-up dan maskara sejak rekaman album Faith. setelah itu The Cure sering gonta-ganti personel.
Tahun 1982 The Cure bubar setelah mengeluarkan album “Pornography”. sebagai media ‘killing time’ setelah The Cure bubar, Smith sering nongkrong di club Batcave, kebetulan club itu baru dibuka. Batcave semula dibuka bukan untuk scene goth. Batcave pada mulanya sebuah alternative tempat nongkrong untuk orang-orang yang sudah bosan dengan berkembangan new wave dan new romantics yang kian komersil. Band kayak Specimen dan Alien Sex Fiendinilah yang sering main di Batcave. Dari club batcave inilah fashion dan musik goth menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Sampai saat ini The Cure masih produktif ngeluarin album. Musiknya masih tetap eksentrik, sederhana, tapi tetap kelam.
Perkenalan saya dengan the cure di mulai kira-kira tahun 2001-an, umur saya waktu itu 22 tahun. Ketika itu saya sudah mulai bosan dengan musik genre metal dan grunge. Kebetulan saya juga sudah mulai bosan mengkoleksi kaset-kaset grup metal dan grunge. Akhirnya saya mulai mencari alternative lain untuk koleksi kaset-kaset saya. Di toko kaset di jalan Malioboro saya melihat ada kaset The Cure album “Greatest Hits”. Sampulnya warna biru dengan latar belakang Silhouette, Robert Smith yang bertabur bintang. Saya putar kaset itu sesampainya di kost. Pertama kali denger ternyata musiknya agak new wave dan ada sentuhan punk sedikit. Saya jadi ingat musiknya New Order dan Depeche Mode. Jadilah album The Cure itu cuma menghiasi rak koleksi kaset saya, karena saya memang nggak begitu suka musik-musik new wave dan post punk.
Selang beberapa bulan kemudian saya mulai diserang dengan yang namanya depresi, soalnya kuliah berantakan gara-gara nge-band. Antara dua pilihan, ke Jakarta untuk nge-band atau nerusin kuliah. Akhirnya saya putuskan untuk nge-band saja. Di Jakarta 3 tahun untuk mengejar impian “rekaman” dan punya album sendiri. Setelah sekian lama menunggu akhirnya tawaran datang dari Krisna Suckerhead untuk memasukkan satu lagu di album kompilasi “Metaliklinik 3 dan 4″. Band saya namanya Generators. Semuanya anggotanya anak-anak dari Pare, Kediri. Saat itu juga saya mulai jenuh ngeband, dan puncaknya setelah album indie Generators keluar, saya memutuskan untuk cabut dari band itu dan kembali lagi ke Jogja. Setelah kembali ke Jogja inilah saya mulai menyukai The Cure. Saat itu saya sudah nggak mau lagi dengerin musik-musik metal dan hardcore, karena sudah jenuh. The Cure-lah yang menemani hari-hari kosong dimana saya mulai di sibukkan mencari kerja. Lagu-lagu seperti A Letter to Elise, I’ll stop the world, Lovesong dan Boys don’t cry menjadi teman sehari-hari saya dikamar kost. Dan sampai akhirnya saya diterima kerja di salah satu biro design di Jogjakarta sebagai graphic designer.
Dan dimulailah perburuan kaset-kaset The Cure dari album lama sampai yang terbaru. Mulai saat itu saya menjadi fansnya The Cure dan mulai terobsesi dengan lirik-liriknya. The Cure menjadi alternatif pertama ketika saya sudah blank dengan pekerjaan. Lagu “Out of this World” yang di remix oleh Paul Oakenfield yang sangat futuristik dan kelam itu menjadi obat penenang di kala penat. The Cure mengajarkan saya untuk tetap optimis di dalam kegundahan. The Cure mengajak saya untuk selalu riang dalam kemurungan. The Cure mengajak saya untuk selalu mencintai keindahan di dalam kekusaman. just like heaven. (sonny bdoors)
sumber :https://parekita.wordpress.com/2008/01/10/73/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar